Selasa, 10 Maret 2015

hukumnya kloset menghadap kiblat?

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 
Pertanyaan: Bagaimana hukumnya kloset menghadap kiblat?

Jawaban: Permasalahan bangunan WC menghadap atau membelakangi kiblat terkait dengan hukum membuang hajat dengan posisi menghadap kiblat atau membelakanginya.  

Asy-Syaukani rahimahullah dalam Nailul Authar menyebutkan khilaf ulama dalam masalah ini hingga delapan pendapat yang paling masyhur.

Pendapat terpilih insya Allah ta’ala adalah haram hukumnya buang hajat dalam keadaan menghadap kiblat atau membelakanginya apabila di tempat terbuka tanpa penghalang yang dekat.

Dan boleh apabila terdapat penghalang yang dekat atau di dalam sebuah bangunan, seperti bangunan-bangunan WC di masa ini.

Akan tetapi untuk kehati-hatian dan agar keluar dari khilaf, janganlah membangun WC dalam posisi menghadap kiblat atau membelakanginya.

Adapun dalil yang mengharamkannya, adalah sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,

إِذَا أَتَيْتُمُ الْغَائِطَ فَلاَ تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ ، وَلاَ تَسْتَدْبِرُوهَا وَلَكِنْ شَرِّقُوا ، أَوْ غَرِّبُوا قَالَ أَبُو أَيُّوبَ فَقَدِمْنَا الشَّأْمَ فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ بُنِيَتْ قِبَلَ الْقِبْلَةِ فَنَنْحَرِفُ وَنَسْتَغْفِرُ اللَّهَ تَعَالَى

“Apabila kalian mendatangi tempat buang hajat maka janganlah menghadap kiblat dan jangan pula membelakanginya, akan tetapi menghadaplah ke Timur maupun ke Barat.” 

Berkata Abu Ayub: “Maka tatkala kami mendatangi negeri Syam, kami dapati bangunan-bangunan WC menghadap kiblat, maka kami menyimpang dari arah kiblat dan kami memohon ampun kepada Allah ta’ala.”  
[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Ayub Al-Anshari radhiyallahu’anhu]

Ucapan sahabat yang mulia Abu Ayub radhiyallahu’anhu di atas hanyalah pendapat pribadi beliau, adapun dari Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam maka beliau sendiri pernah membuang hajat menghadap kiblat di dalam bangunan. 

Sehingga makna hadits di atas hanyalah berlaku di luar bangunan yang tidak memiliki penghalang sama sekali. 

Berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu ’anhuma, beliau berkata,

ارْتَقَيْتُ فَوْقَ بَيْتِ حَفْصَة فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَقْضِي حَاجَتَهُ مُسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةِ مُسْتَقْبِلَ الشَّأْم

“Aku pernah menaiki bagian atas rumah Hafshoh, lalu aku melihat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam sedang membuang hajat dalam keadaan menghadap kiblat, membelakangi Syam.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Peringatan: Maksud hadits di atas tidaklah Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma melihat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dengan sengaja, akan tetapi tanpa sengaja. 

Bukan pula berarti Ibnu Umar radhiyallahu ’anhuma melihat aurat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ketika buang hajat. Bahkan diantara adab buang hajat yang diajarkan beliau shallallahu’alaihi wa sallam adalah menjauh dari pandangan manusia atau masuk ke dalam WC, meskipun bangunan WC tersebut hanya bisa menutupi auratnya dan bagian atasnya terlihat maka tidak masalah.

Dan diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Daud rahimahullah,

عَنْ مَرْوَانَ الأَصْفَرِ قَالَ رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ أَنَاخَ رَاحِلَتَه مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ثُمَّ جَلَسَ يَبُولُ إِلَيْهَا فَقُلْتُ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَلَيْسَ قَدْ نُهِىَ عَنْ هَذَا قَالَ بَلَى إِنَّمَا نُهِىَ عَنْ ذَلِكَ فِى الْفَضَاءِ فَإِذَا كَانَ بَيْنَكَ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ شَىْءٌ يَسْتُرُكَ فَلاَ بَأْس

“Dari Marwan Al-Ashfar rahimahullah, beliau berkata: Aku melihat Ibnu Umar menghalangi arah kiblat dengan hewan tunggangannya kemudian beliau kencing menghadapnya dalam keadaan duduk, maka aku katakan, wahai Abu AbdirRahman, bukankah ini telah dilarang? 

Beliau berkata: Tentu, akan tetapi dilarang hanyalah ketika di tempat terbuka tanpa penghalang, sehingga jika terdapat antara dirimu dengan kiblat sebuah penghalang, maka tidak apa-apa.” 
[HR. Abu Daud, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud, no. 8]

Pendapat ini pula yang dikuatkan dalam Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah (5/97-99 no. 4480).

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

sumber : https://nasihatonline.wordpress.com/2013/03/16/hukum-kloset-menghadap-kiblat/

- ini masalah fiqih,, maka hendaklah berpegang pada dalil yang shohih

- karena juga kita dapati beberapa ulama yang mendatangkan tujuh pendapat,, dan beliau merojihkan bahwa hukum buang hajat menghadap kiblat di tempat terbuka dilarang,, sedangkan di tempat ter tutup makruh 

- bahkan juga kita dapati ada yang melemahkan hadits do'a keluar w.c dan ada pula yang menshohihkannya,,

- intinya,, jangan beramal tanpa dalil,, ada dalil baru beramal,, jangan beramal dulu,, baru cari dalil,, walloohu a'lam bish showab,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar