Setiap hamba yang tinggal di dunia harus
siap untuk menghadapi ujian dan cobaan.
Sebab itu sudah merupakan
sunnatullah yang tidak mungkin bisa dihindari.
Dalam hal ini, tidak ada
bedanya antara orang yang beriman dengan yang tidak,
antara orang Islam
maupun orang kafir.
Semuanya berpotensi untuk ditimpa ujian.
Allah ta’ala berfirman,
“وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ“
Artinya: “Kami pasti akan menguji
kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa serta
buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang
sabar”. QS. Al-Baqarah (2): 155.
Jika memang demikian, lantas apa yang membedakan antara orang yang beriman dengan yang tidak beriman saat ditimpa musibah?
Bedanya: orang yang beriman untung,
sedangkan yang tidak beriman akan buntung!
Keuntungan orang yang beriman
Orang yang beriman, walaupun ditimpa musibah, ia akan beruntung di dunia maupun akhirat.
Di dunia, dia akan
bersegera untuk introspeksi dan memperbaiki diri, sebab ia sadar betul
bahwa musibah itu adalah akibat dari dosa-dosa yang dikerjakannya.
“ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ“
Artinya: “Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah
menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar)”. QS. Ar-Rum (30): 41.
Dia juga akan tetap menghadapi musibah
tersebut dengan hati yang tenang,
karena dia yakin betul bahwa hal itu
merupakan bagian dari takdir Allah.
Dan takdir Allah pasti adalah yang
terbaik untuknya.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,
“إِنَّ اللهَ لَا يَقْضِي لِلْمُؤْمِنِ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ “
“Sungguh Allah tidaklah menakdirkan sesuatu bagi seorang mukmin; melainkan pasti itulah yang terbaik untuknya”. HR. Ahmad dari Anas radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh al-Arna’uth.
Adapun keuntungan di akhirat adalah pahala tak terbatas yang dijanjikan untuknya.
“إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ“
Artinya: “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas”. QS. Az-Zumar (39): 10.
‘Kebuntungan’ orang yang tidak beriman
Sudah jatuh, masih tertimpa tangga pula.
Kira-kira begitulah perumpamaan orang-orang yang tidak beriman saat
ditimpa musibah.
Sudah merasa sakit karena tertimpa musibah, masih juga
mereka ‘buntung’ alias rugi di dunia dan akhirat.
Di dunia, mereka tidak
bisa menerima musibah tersebut dengan hati yang lapang.
Sehingga ia
selalu hidup dalam kegundahgulanaan.
Perilakunya tetap saja buruk pasca
musibah.
Bahkan malah ia senantiasa menjadikan orang lain sebagai
kambing hitam.
Sedangkan di akhirat, mereka terancam siksa Allah yang pedih karena tidak terima dengan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah ta’ala.
Semoga Allah senantiasa menjadikan kita semua orang-orang yang beruntung bukan yang buntung!
Oleh: Abdullah Zaen, Lc., MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar