Terkadang dalam hidupnya seorang mukmin
harus menghadapi takdir yang buruk, misalnya sakit keras, ibunya meninggal,
dizalimi temannya, dan disebarkan fitnah buruk tentang dirinya (difitnah)
sampai merasa sakit hati. Nah, bagaimana sikap seorang mukmin yang baik?
Bukanlah yang dimaksud dengan kata takdir dalam frasa “takdir buruk” pada
judul di atas adalah perbuatan Allah menakdirkan suatu peristiwa. Karena Allah
Maha Indah, baik dzat, nama, sifat, maupun perbuatan-Nya. Allah Maha Indah
ditinjau dari segala sisi. Tidak ada satupun keburukan yang terdapat pada diri
Allah. Tidak boleh satupun keburukan disandarkan kepada dzat, nama, sifat,
maupun perbuatan-Nya.
Apakah yang Dimaksud dengan
Takdir Buruk?
Maksudnya adalah peristiwa pahit yang Allah takdirkan terjadi pada makhluk-Nya.
Dalam menjalani kehidupan terkadang seorang mukmin menghadapi takdir yang
baik, yaitu peristiwa yang menyenangkan dirinya. Sebagai contoh, seorang MENIKAH,
berhasil melakukan kebaikan, dan mendapatkan keuntungan dalam bisnisnya yang
halal. Ini adalah takdir baik dan menggembirakan.
Tips Menghadapi Takdir Yang Buruk
Namun, terkadang dalam hidupnya seorang mukmin harus menghadapi takdir yang
buruk, misalnya sakit keras, ibunya meninggal, dizalimi temannya, dan
disebarkan fitnah buruk tentang dirinya (difitnah) sampai merasa sakit hati.
Nah, bagaimana sikap seorang mukmin yang baik?
Tips 1
Di dalam kitab Al-Fawaid, Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah
bertutur
إذا جرى على العبد مقدور يكرهه فله فيه ستّة مشاهد
Jika sebuah takdir yang buruk menimpa seorang hamba, maka ia memiliki enam
sikap dan sisi pandang:
الأوّل: مشهد التوحيد، وأن الله هو الذي قدّره وشاءه وخلقه، وما شاء الله كان
وما لم يشأ لم يكن
Pertama: Pandangan (kaca mata) TAUHID. Bahwa Allahlah yang
menakdirkan, menghendaki dan menciptakan kejadian tersebut. Segala sesuatu yang
Allah kehendaki pasti terjadi, dan segala sesuatu yang tidak Allah
kehendaki tidak akan terjadi.
Penjelasan:
Seorang mukmin yang di dalam hatinya mengakar kuat keimanan terhadap
Rabbnya akan memandang segala sesuatu dengan kaca mata iman dan tauhid,
terlepas apapun yang dihadapi dan dialaminya.
Hatinya meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi, pastilah Allah yang
menghendakinya terjadi dan Dialah yang menakdirkannya, baik peristiwa tersebut
sebuah kebaikan ataupun keburukan.
Namun setiap yang Allah takdirkan terjadi, pastilah ada hikmahnya, baik
kita ketahui atau tidak.
Oleh karena itu, ketika mendapatkan musibah, Anda dizalimi orang lain atau
difitnah misalnya, maka pandanglah peristiwa itu dengan kacamata iman, Allahlah
yang menakdirkan musibah ini menimpa diri saya, Allahlah yang memilih saya
untuk menjadi orang yang tertimpa musibah ini ,Allah lah yang memilih saya
menjadi korban fitnah ini.
Radhiitu billahi Rabbaa, saya ridha Allah
menjadi Rabbku dan Sang Pengaturku. Saya tidak akan memprotes takdir-Nya.
Karena setiap hari seorang hamba berpeluang tertimpa musibah, maka pantaslah
prinsip hidup yang seperti ini dalam Islam disyari’atkan untuk diwujudkan dalam
ucapan dzikir pagi dan sore, bahkan disyari’atkan untuk diucapkan 3 kali,
رضيت بالله رباً، وبالإسلام ديناً، وبمحمد صلى الله عليه و سلم نبيا
“Aku rela Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku dan Nabi Muhammad
shalllallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabiku” (HR. Ahmad dan yang lainnya, dishahihkan oleh Al-Hakim dan disetujui oleh
Adz-Dzahabi).
Dengan demikian, setiap kali seorang hamba tertimpa musibah, ia
menghadapinya dengan lapang dada dan menggantungkan harapan hatinya semata-mata
kepada Sang Pengaturnya agar ia mendapatkan jalan keluar dan mampu
bersabar dalam menghadapinya dengan mengharapkan pahala dari-Nya.
Tips 2
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah melanjutkan
الثاني: مشهد العدل، وأنه ماض فيه حكمه، عدل فيه قضاؤه
Kedua: Kacamata KEADILAN. Bahwa dalam kejadian tersebut berlaku
hukum-Nya dan adil ketentuan takdir-Nya.
Penjelasan
Setiap peristiwa yang ditakdirkan terjadi pada diri seorang hamba pastilah
Allah selalu adil dan tidak pernah zalim kepadanya, karena Allah menentukan
takdir bagi seorang hamba selalu sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya dan sesuai
dengan ilmu-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِᄉ
“Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya” (Fushshilat:46).
Bukankah setiap musibah yang ditakdirkan menimpa kita karena akibat dosa
kita?
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو
عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahan kalian)” (Asy-Syuuraa: 30).
Tips 3
Kemudian Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
الثالث: مشهد الرحمة،وأن رحمته في هذا المقدور غالبة لغضبه وانتقامه، ورحمته
حشوه
Ketiga: Kacamata KASIH SAYANG. Bahwa rahmat-Nya dalam peristiwa
pahit tersebut mengalahkan kemurkaan dan siksaan-Nya yang keras, serta
rahmat-Nya memenuhinya.
Penjelasan:
Tidaklah Allah menakdirkan atas diri seorang mukmin sebuah peristiwa yang
pahit, kecuali didasari kasih sayang-Nya kepada hamba tersebut. Dan kasih
sayang-Nya mengalahkan murka-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu” (Al-A’raaf:156).
Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah berfirman,
إن رحمتي سبقت غضبي
“Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku” (HR. Bukhari dan
Muslim) .
Tips 4
Selanjutnya, Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah bertutur
الرابع: مشهد الحكمة، وأن حكمته سبحانه اقتضت ذلك، لم يقدّره سدى ولا قضاه
عبثا
Keempat: Kacamata HIKMAH. Hikmah-Nya Subhanahu menuntut menakdirkan
kejadian itu, tidaklah Dia menakdirkan begitu saja tanpa tujuan dan tidaklah
pula Dia memutuskan suatu ketentuan takdir dengan tanpa hikmah.
Penjelasan:
Hikmah pentakdiran pastilah ada. Namun hikmah tersebut terkadang kita tahu,
namun terkadang pula kita tidak tahu. Namun, ketidaktahuan kita terhadap suatu
hikmah dari kejadian tertentu , tidaklah menghalangi kita berbaik sangka kepada
Allah Ta’ala.
Bahwa dengan hikmah Allah, Allah memutuskan suatu takdir. Jadi, kita
meyakini bahwa Allah Ta’ala Maha Bijaksana dalam menetapkan takdir-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا
تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukminuun: 115).
Allah Ta’ala juga berfirman,
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggung jawaban)?” (Al-Qiyaamah: 36).
Tips 5
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah bertutur:
الخامس: مشهد الحمد، وأن له سبحانه الحمد التام على ذلك من جميع وجوهه
Kelima: Kacamata PUJIAN. Bahwa Dia Subhanahu terpuji dengan pujian
sempurna atas penakdiran kejadian tersebut, dari segala sisi.
Penjelasan:
Allah terpuji dari segala sisi, terpuji dzat, nama, sifat maupun
perbuatan-Nya, termasuk terpuji saat menakdirkan suatu takdir yang pahit,
karena semua itu berdasarkan ilmu dan tuntutan hikmah-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ ۚ
وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Do’a mereka di dalamnya ialah subhanakallahumma dan salam
penghormatan mereka ialah salam. Dan penutup doa mereka ialah segala
puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam.” (Yuunus: 10).
Tips 6
Terakhir, Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah Menjelaskan
السادس: مشهد العبوديّة،
وأنه عبد محض من كل وجه تجري عليه أحكام سيّده وأقضيته بحكم كونه ملكه وعبده،
فيصرفه تحت أحكامه القدريّة كما يصرفه تحت أحكامه الدينيّة, فهو محل لجريان هذه
الأحكام عليه
Keenam: Kacamata PERIBADATAN. Bahwa orang yang menjalani takdir
yang buruk itu adalah sekedar hamba semata dari segala sisi, maka berlaku
atasnya hukum-hukum Sang Pemiliknya, dan berlaku pula takdir-Nya atasnya
sebagai milik dan hamba-Nya, maka Dia mengaturnya di bawah hukum takdir-Nya
sebagaimana mengaturnya pula di bawah hukum Syar’i-Nya.
Jadi, orang tersebut merupakan hamba yang berlaku atasnya hukum-hukum ini
semuanya.
Penjelasan:
Sebagai seorang mukmin yang meyakini bahwa ia hanyalah milik Allah dan
hamba-Nya, maka ia sadar dan mengakui kepemilikan Allah atas dirinya sehingga
Dia berhak mengaturnya dengan bentuk pengaturan bagaimanapun juga, semua
terserah Dia, Sang Pemilik alam semesta, maka ia ridha dengan pengaturan
Rabbnya tersebut dan benar-benar menghamba kepada-Nya saja.
Seorang mukmin juga sadar bahwa dalam keadaan bagaimanapun juga, sebagai
seorang hamba, ia tetap tertuntut untuk mempersembahkan peribadatan dan
penghambaan kepada Sang Pemiliknya, yaitu Allah ‘Azza wa Jalla.
Sebagaimana dalam keadaan senang dan lapang, ada tuntutan peribadatan
atasnya, maka begitu juga dalam keadaan susah dan tertimpa musibah, ada
tuntutan peribadatan atasnya pula. Ia adalah hamba Allah, baik dalam keadaan
sedih maupun senang.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَٰنِ
عَبْدًا
“Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada
Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba” (Maryam: 93).
Allah Ta’ala berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا
خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan” (Al-Furqaan:
63).
Semoga bermanfa’at.
*** Referensi:
1.
Fawaidul Fawaid , Imam Ibnul Qoyyim, ta’liq: Syaikh Ali
Hasan.
2.
Madarijus Salikin, Imam Ibnul Qoyyim.
Penulis: Sa’id Abu Ukasyah
Artikel Muslim.Or.Id
Casinos With Casino Games - Jtm Hub
BalasHapusA complete guide 안산 출장안마 to casino 남원 출장마사지 games and casinos located in Michigan, featuring information 남양주 출장마사지 on casino games, 통영 출장샵 live dealer games, Rating: 3.9 여주 출장안마 · 1 review