Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Melanjutkan pembahasan sebelumnya tentang
mari
lakukan ini saat musim hujan.
Sekedar penyegar ingatan, pada edisi
kemarin telah kita bahas point tentang
Pertama,
merasa takut ketika melihat mendung gelap
Kedua,
Membaca doa ketika ada angin kencang
Ketiga,
Membaca doa ketika hujan turun
Keempat,
Perbanyak doa ketika turun hujan
Kelima,
Ngalap Berkah dari Air Hujan
Sekarang mari kita lanjutkan
pembahasan kita yang selanjutnya, yaitu point :
Keenam, Membaca doa ketika melihat atau mendengar
suara petir
Doa ini menunjukkan pengagungan kita kepada Allah. Di saat kita terheran
karena melihat fenomena alam yang mengerikan, kita memuji Allah yang telah
menciptakannya.
Diantara doa yang dianjurkan untuk kita baca, doa ketika melihat atau
mendengar petir.
سُبْحَانَ الَّذِى يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ
خِيفَتِهِ
Maha Suci Dzat, petir itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula)
para malaikat karena takut kepada-Nya.
Dari Amir, dari ayahnya Abdullah bin Zubair,
أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ تَرَكَ
الْحَدِيثَ وَقَالَ سُبْحَانَ الَّذِى يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ
وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ. ثُمَّ يَقُولُ إِنَّ هَذَا لَوَعِيدٌ لأَهْلِ
الأَرْضِ شَدِيدٌ
Apabila beliau mendengar petir, beliau berhenti bicara. Lalu membaca doa di
atas. Kemudian beliau mengatakan, ‘Sungguh ini adalah ancaman keras bagi
penduduk bumi.’ (al-Muwatha’, Malik, no. 1839 dan dihahihkan al-Albani dalam
Shahih al-Kalim at-Thayib).
Demikianlah adab yang diajarkan dalam islam, mengisi setiap suasana
keheranan, dan ketakutan dengan zikir dan memuji Sang Pencipta.
Ketujuh, Ketika Terjadi Hujan Lebat
Ketika turun hujan, kita berharap agar hujan yang Allah turunkan menjadi
hujan yang mendatangkan berkah dan bukan hujan pengantar musibah.
Karena itu, ketika hujan datang semakin lebat, dan dikhawatirkan
membahayakan lingkungan, kita berdoa memohon agar hujan dialihkan ke daerah
lain, agar lebih bermanfaat.
Di Madinah pernah terjadi hujan satu pekan berturut-turut, hingga banyak
tanaman yang rusak dan binatang kebanjiran. Para sahabat meminta pada Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam supaya berdo’a agar cuaca kembali menjadi cerah. Akhirnya
beliau berdoa,
اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ
وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan membahayakan kami. Ya
Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut
lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR. Bukhari 1013
& Muslim 2116).
Doa ini juga dianjurkan ketika merasa khawatir akan terjadi banjir.
Kedelapan, Jangan Mencela Hujan
Sebagian orang merasa dirugikan ketika musim hujan. Tertuama mereka yang
aktivitasnya dilakukan pada cuaca cerah.
Memang benar, tidak semua yang terjadi di sekitar kita, sesuai dengan yang
kita harapkan.
Terkadang kita berharap langit cerah, namun Allah turunkan hujan. Dan
sebaliknya. Namun apakah kehendak Allah harus bergantung kepada kehendak kita?.
Hati bisa saja sedih dengan kondisi tidak nyaman yang kita alami karena
hujan. Namun jangan sampai kesedihan ini, menyebabkan anda menjadi murka dan
marah dengan takdir Allah. Terlebih, jaga lisan baik-baik, jangan sampai
mengeluarkan kata celaan terhadap hujan yang Allah turunkan.
Terkadang kita tidak sadar, ucapan kita bisa menjadi sebab diri kita tergelincir
ke dalam neraka.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ
يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى
جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang
mengundang ridha Allah, yang tidak sempat dia pikirkan, namun Allah mengangkat
derajatnya disebabkan perkataannya itu. Sebaliknya, ada hamba yang berbicara
dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dia pikirkan
bahayanya, lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.” (HR. Ahmad 8635, Bukhari 6478, dan yang lainnya).
Mencela Hujan = Mencela Dzat Yang Memberi Hujan
Protes seorang hamba ketika Allah menetapkan taqdir, sejatinya dia protes
kepada Allah. Tak terkecuali protes terhadap turunnya hujan.
Dalam hadis qudsi, Allah ta’ala melarang kita mencela keadaan yang
Dia ciptakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahwa Allah Ta’ala
berfirman,
يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ ، بِيَدِى
الأَمْرُ ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Akulah
adalah pemilik masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang.” (HR. Bukhari 4826, Muslim 6000, dan yang lainnya).
Dalil di atas berbicara tentang hukum mencela waktu. Kasus mencela hujan,
tidak berbeda dengan mencela waktu.
Rician Hukum Mencela Hujan
Para ulama memberikan rincian hukum untuk kasus mencela waktu, hujan atau
semacamnya.
Pertama, hanya sebatas memberitakan. Misalnya,
seseorang mengatakan: ‘Sepatu saya rusak karena kehujanan.’ ‘Motor saya macet
karena kehujanan.’
Kedua, mencela hujan dengan maksud mencela
ketetapan dan takdir Allah. Misalnya, seseorang mengatakan, ‘Ini hujan, ngapain
turun. Bikin tambah macet aja.’ ‘Sebel, hujan terus. Pagi-pagi sudah hujan.’
Celaan semacam ini termasuk perbuatan dosa, karena hakekatnya, dia mencela
Allah. Demikian beberapa adab tambahan ketika hujan.
Bersambung, insyaa Allooh ke-tulisan bagian 3
Diketik
ulang oleh Nadiyah El Kareem Dari Konsultasisyariah.com