Rabu, 16 Desember 2015
Apabila Ditanya Anak/Cucu Tentang Al-Quran
CATATAN RINGKAS, : (tanya jawab)
S : Berapa jumlah Surah dlm al-Quran?
J : 114 Surah
S : Berapa jumlah Juz dlm al-Quran?
J : 30 Juz
S : Berapa jumlah Hizb dlm al-Quran?
J : 60 Hizb
S : Berapa jumlah Ayat dlm al-Quran?
J : 6236 Ayat
S : Berapa jumlah Kata dlm al-Quran?, dan Berapa Jumlah Hurufnya?
J : 77437 Kata, atau 77439 Kata dan 320670 Huruf
S : Siapa Malaikat yang disebut dlm al-Quran?,
J : Jibril, Mikail, Malik, Malakulmaut, Harut, Marut, Al-Hafazoh, Al-Kiromulkatibun HamalatulArsy, dll.
S : Berapa Jumlah Sajdah (ayat Sujud) dlm al-Quran?
J : 14 Sajdah
S : Berapa Jumlah para Nabi yg disebut dlm Al-Quran?
J : 25 Nabi
S : Berapa Jumlah Surah Madaniyah dlm al-Quran?, sebutkan.
J : 28 Surah, al-Baqoroh, al-Imron, al-Nisa" al-Maidah, al-Anfal, al-Tawbah, al-Ra'd, al-Haj, al-Nur, al-Ahzab, Muhammad, al-Fath, al-Hujurat, al-Rahman, al-Hadid, al-Mujadilah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, al-Shaf, al-Jum'ah, al-Munafiqun, al-Taghabun, al-Thalaq, al-Tahrim, al-Insan, al-Bayinah, al-Zalzalah, al-Nashr.
S : Berapa Jumlah Surah Makiyah dlm al-Quran? sebutkan.
J : 86 Surat, selain surah tersebut di atas.
S : Berapa Jumlah Surah yg dimulai dgn huruf dlm al-Quran?
J : 29 Surah.
S : Apakah yg dimaksud dgn Surah Makiyyah?, sebutkan 10 saja.
J : Surah Makiyyah adalah Surah yg diturunkan di Makkah sebelum Hijrah, seperti: al-An'am, al-Araf, al-Shaffat, al-Isra', al-Naml, al-Waqi'ah, al-Haqqah, al-Jin, al-Muzammil, al-Falaq.
S : Apakah yg dimaksud dgn Surah Madaniyyah? sebutkan lima saja?
J : Surah Madaniyah adalah Surah yg diturunkan di Madinah setelah Hijrah, seperti: al-Baqarah, al-Imran, al-Anfal, al-Tawbah, al-Haj.
S : Siapakah nama para Nabi yg disebut dlm Al-Quran?
J : Adam, Nuh, Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, Musa, Isa, Ayub, Yunus, Harun, Dawud, Sulaiman, Yusuf, Zakaria, Yahya, Ilyas, Alyasa', Luth, Hud, Saleh, ZulKifli, Syuaib, Idris, Muhammad Shallallahu'alaihi wa sallam
S : Siapakah satu-satunya nama wanita yg disebut namanya dlm al-Quran?
J : Maryam binti Imran.
S : Siapakah satu-satunya nama Sahabat yg disebut namanya dlm al-Quran?
J : Zaid bin Haritsah. Rujuk dlm surah Al Ahzab ayat 37.
S : Apakah nama Surah yg tanpa Basmalah?
J : Surah at-Tawbah.
S : Apakah nama Surah yg memiliki dua Basmalah?
J : Surah al-Naml.
S : Apakah nama Surah yg bernilai seperempat al-Quran?
J : Surah al-Kafirun.
S : Apakah nama Surah yg bernilai sepertiga al-Quran?
J : Surah al-Ikhlas
S : Apakah nama Surah yg menyelamatkan dari siksa Qubur?
J : Surah al-Mulk
S : Apakah nama Surah yg apabila dibaca pada hari Jum'at akan menerangi sepanjang pekan?
J : Surah al-Kahfi
S : Apakah ayat yg paling Agung dan dlm Surah apa?
J : Ayat Kursi, dlm Surah al-Baqarah ayat No.255
S : Apakah nama Surah yg paling Agung dan berapa jumlah ayatnya?
J : Surah al-Fatihah, tujuh ayat.
S : Apakah nama Surah yg ada dua sajdahnya?
J : Surah al-Haj ayat 18 dan ayat 77.
S : Pada Kata apakah pertengahan al-Quran itu di Surah apa? ayat no Berapa?
J : وليتلطف Surah al-Kahfi ayat No. 19.
S : Ayat apakah bila dibaca setiap habis Sholat Fardhu dpt mengantarkannya masuk ke dalam surga?
J : Ayat Kursi.
S : Ayat apakah yg diulang-ulang sbyk 31 kali dlm satu Surah dan di Surah apa?
J : Ayat فبأي آلاء ربكما تكذبانِ ) pada Surah al-Rahman.
S : Ayat apakah yg diulang-ulang sbyk 10 kali dlm satu Surah dan di surah apa? Apakah ayat ini ada juga disebut dlm surah lainnya? Di Surah apa?
J : Ayat (ويل يومئذ للمكذبين) pada Surah al-Mursalat, juga ada dlm Surah al-Muthaffifiin ayat No. 10.
S : Apakah Ayat terpanjang dlm al-Quran? pada Surah apa? Ayat berapa?
J : Ayat No 282 hSurah al-Baqarah...
Silakan "Share" agar ilmu ini bermanfaat.
copas via page kajian tafsir kiriman Raehanul Bahraen.
diketik ulang oleh Nadiyah El Kareem
Minggu, 15 November 2015
Mari Lakukan Ini Saat Musim Hujan
Bismillah was
shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Kita bersyukur kepada Allah, hujan
yang kita nanti-nantikan telah tiba. Kita berharap, semoga hujan yang Allah
turunkan, menjadi keberkahan bagi kehidupan manusia dan lingkungannya.
Sebagai tanda syukur kepada Allah
atas nikmat hujan yang Allah turunkan, sejenak kita akan mempelajari beberapa
amalan sunah ketika hujan,
Pertama,
merasa takut ketika melihat mendung gelap
Diantara kebiasaan Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, beliau sangat takut ketika melihat mendung yang sangat
gelap.
Karena kehadiran mendung gelap, merupakan muqadimah adzab yang Allah
berikan kepada umat-umat di masa silam. Sebagaimana yang terjadi pada kaum ‘Ad.
Dari Aisyah radhiyallahu
‘anha, beliau berkata,
أَنَّ
النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى نَاشِئًا فِى أُفُقِ
السَّمَاءِ تَرَكَ الْعَمَلَ وَإِنْ كَانَ فِى صَلاَةٍ ثُمَّ يَقُولُ « اللَّهُمَّ
إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا ». فَإِنْ مُطِرَ قَالَ « اللَّهُمَّ صَيِّبًا
هَنِيئًا »
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
apabila melihat awan gelap di ufuk langit, beliau meninggalkan aktivitasnya
meskipun dalam shalat. Lalu beliau membaca,
‘Allahumma inni a’udzubika min syarriha’
[Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari keburukannya].”
Apabila turun hujan, beliau membaca
‘Allahumma Shayyiban Hani’a’
[Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagi hujan yang
bermanfaat]
(HR. Abu Daud 5101 dan dishahihkan al-Albani)
Mengapa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam meninggalkan semua aktivitasnya?
Karena beliau takut, beliau keluar
masuk rumah sambil berdoa memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan awan
itu.
A’isyah Radhiyallahu ‘anha menceritakan,
كَانَ
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا رَأَى مَخِيلَةً فِى السَّمَاءِ أَقْبَلَ
وَأَدْبَرَ وَدَخَلَ وَخَرَجَ وَتَغَيَّرَ وَجْهُهُ ، فَإِذَا أَمْطَرَتِ
السَّمَاءُ سُرِّىَ عَنْهُ ، فَعَرَّفَتْهُ عَائِشَةُ ذَلِكَ ،
فَقَالَ
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « مَا أَدْرِى لَعَلَّهُ كَمَا قَالَ قَوْمٌ (
فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ
.
Apabila Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam melihat mendung gelap di lanngit, beliau tidak
tenang, keluar masuk, dan wajahnya berubah.
Ketika hujan turun, baru beliau
merasa bahagia. A’isyahpun bertanya kepada beliau apa sebabnya.
Jawab Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam,
“Saya tidak
tahu ini mendung seperti apa. Bisa jadi ini seperti yang disampaikan kaum ‘Ad,
“Tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah
mereka, berkatalah mereka:
“Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada
kami”. (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera
(yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih”
(HR. Bukhari 3206).
Kedua,
Membaca doa ketika ada angin kencang
Ketika ada angin kencang, dianjurkan
membaca doa,
اللَّهُمَّ
إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
Ya Allah, aku memohon kepadamu
kebaikan angin ini, kebaikan yang dibawa angin ini, dan kebaikan angin ini
diutus.
Dan aku berlindung kepada-Mu, dari keburukan angin ini, keburukan yang
dibawa angin ini, dan keburukan angin ini diutus.
A’isyah Radhiyallahu ‘anha menceritakan,
كَانَ
النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا عَصَفَتِ الرِّيحُ قَالَ « اللَّهُمَّ
إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ »
Apabila ada angin bertiup, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam membaca doa,[doa di atas], Ya Allah, aku
memohon kepadamu kebaikan angin ini, kebaikan yang dibawa angin ini, dan
kebaikan angin ini diutus.
Dan aku berlindung kepada-Mu, dari keburukan angin
ini, keburukan yang dibawa angin ini, dan keburukan angin ini diutus.
(HR. Muslim 2122).
Ketiga,
Membaca doa ketika hujan turun
Ketika hujan turun, dianjurkan
membaca,
اللَّهُمَّ
صَيِّباً ناَفِعاً
“Allahumma shoyyiban naafi’aa” [Ya Allah,
turunkanlah hujan yang bermanfaat].”
Dari Ummul Mukminin, A’isyah radhiyallahu
‘anha,
إِنَّ
النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ: اللَّهُمَّ
صَيِّباً نَافِعاً
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam
ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan,
”Allahumma shoyyiban nafi’an”
[Ya
Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat].”
(HR. HR. Ahmad no. 24190,
Bukhari no. 1032, dan yang lainnya).
Dalam riwayat lain, beliau membaca,
اللَّهُمَّ
صَيِّبًا هَنِيئًا
`
“Allahumma
shoyyiban hani’an” [Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat].”
Keempat,
Perbanyak doa ketika turun hujan
Dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata
bahwa Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda,
ثِنْتَانِ
مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِوَ تَحْتَ المَطَرِ
“Dua doa yang tidak akan ditolak:
doa ketika azan dan doa ketika ketika hujan turun.”
(HR. Al-Hakim dan
Al-Baihaqi; dan dihasankan al-Albani; lihat Shahihul Jami’, no. 3078)
Turunnya Hujan, Kesempatan Terbaik
untuk Memanjatkan Do’a, Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan,
“Dianjurkan
untuk berdo’a ketika turunnya hujan,
sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
اُطْلُبُوا
اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ،
وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
’Carilah do’a yang mustajab pada
tiga keadaan : Bertemunya dua pasukan, Menjelang shalat dilaksanakan, dan Saat
hujan turun.” (al-Mughni, 2/294)
Demikian beberapa adab yang bisa
kita rutinkan selama musim hujan. Semoga Allah memberikan keberkahan di musim
hujan ini.
Kelima,
Ngalap Berkah dari Air Hujan
Dalam al-Quran, Allah menyebut hujan
sebagai sesuatu yang diberkahi,
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ
وَحَبَّ الْحَصِيدِ
Kami turunkan dari langit air yang berkah (banyak manfaatnya) lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam. (QS. Qaf: 9)
Diantara bentuk ngalap berkah (tabarruk) yang diperbolehkan dalam syariat
adalah ngalap berkah dengan air hujan. Bentuknya, dengan menghujankan sebagian
anggota tubuh kita.
Mengapa ini diizinkan? Jawabnya, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah melakukannya.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Kami pernah
kehujanan bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.
Lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap bajunya, lalu beliau
guyurkan badannya dengan hujan.
Kamipun bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa
anda melakukan demikian?” Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى
“Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan.” (HR. Ahmad 12700, Muslim 2120, dan yang lainnya).
An Nawawi menjelaskan,
ومعناه أَنَّ الْمَطَرَ رَحْمَةٌ وَهِيَ قَرِيبَةُ الْعَهْدِ بِخَلْقِ اللَّهِ
تَعَالَى لَهَا فَيُتَبَرَّكُ بِهَا
“Makna hadits ini adalah hujan itu rahmat. Rahmat yang baru saja diciptakan
oleh Allah Ta’ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bertabaruk (mengambil berkah) darinya.” (Syarh Shahih Muslim,
6/195).
Kapan Dianjurkan Ngalap Berkah?
Kita simak keterangan
an Nawawi,
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ دَلِيلٌ لِقَوْلِ أَصْحَابِنَا أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ
عِنْدَ أَوَّلِ الْمَطَرِ أَنْ يَكْشِفَ غَيْرَ عَوْرَتِهِ لِيَنَالَهُ الْمَطَرُ
“Dalam hadits ini terdapat dalil yang pendukung pendapat ulama syafi’iyah
tentang anjuran menyingkap bagian badan selain aurat pada awal turunnya
hujan, agar bisa terguyur air hujan.”
(Syarh Shahih Muslim, 6/196).
Contoh Bentuk Ngalap Berkah dengan Hujan
Praktek ngalap berkah ketika turun hujan, juga dilakukan oleh Ibnu Abbas.
Ketika hujan turun, Ibnu Abbas menyuruh pembantunya (Jariyah) untuk
mengeluarkan barang-barangnya, agar terkena hujan.
Dari Ibnu Abi Mulaikah, dari Ibnu ‘Abbas,
أَنَّهُ كَانَ إِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ، يَقُوْلُ: “يَا جَارِيَّةُ !
أَخْرِجِي سَرْجِي، أَخْرِجِي ثِيَابِي، وَيَقُوْلُ: وَنَزَّلْنَا مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكاً
“Apabila turun hujan, beliau mengatakan, ”Wahai jariyah keluarkanlah
pelanaku, juga bajuku”.” Lalu beliau membaca (ayat),
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكاً
“Dan Kami menurunkan dari langit air yang penuh barokah (banyak
manfaatnya).” (QS. Qaaf: 9).”
(HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 1228
dan dinyatakan shahih mauquf, sampai Ibnu Abbas).
Bersamung ke-tulisan bagian 2 insyaa
Allooh
Diketik ulang
oleh Nadiyah El Kareem Dari Konsultasisyariah.com
Senin, 26 Oktober 2015
Saad bin Abi Waqqash Pemilik Doa Mustajab
Saad bin Abi Waqqash
adalah salah seorang sahabat yang paling pertama memeluk Islam.
Hanya beberapa
orang sahabat saja yang mendahuluinya. Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abi
Thalib, dan Zaid bin Haritsah radhiallahu ‘anhu ajma’in merekala orangnya.
Laki-laki Quraisy ini
mengucapkan dua kalimat syahadat ketika berusia 17 tahun. Di masa kemudian, ia
menjadi tokoh utama di kalangan sahabat. Dan termasuk 10 orang yang diberi
kabar gembira sebagai penghuni surga.
Nasab Saad bin Abi Waqqash
Merupakan bagian
penting dalam rekam jejak seseorang adalah nasab keluarga.Keluarga memiliki
peran penting dalam pembentukan karakter seseorang.
Ayah Saad adalah anak dari seorang pembesar
bani Zuhrah. Namanya Malik bin Wuhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin
Murah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah
bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’d bin
Adnan.
Adnan adalah keturunan
dari Nabi Ismail bin Ibrahim ‘alaihimassalam.
Malik, ayah Saad,
adalah anak paman Aminah binti Wahab, ibu Rasulullah ﷺ.
Malik juga merupakan paman dari Hamzah bin Abdul Muthalib dan Shafiyyah binti
Abdul Muthalib. Sehingga nasab Saad termasuk nasab yang terhormat dan mulia.
Dan memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi ﷺ.
Ibunya adalah Hamnah
binti Sufyan bin Umayyah al-Akbar bin Abdu asy-Syams bin Abdu Manaf bin Qushay
bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar
bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar
bin Ma’d bin Adnan.
Ketika Rasulullah ﷺ
sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, beliau memuji dan mencandai Saad
dengan mengatakan,
هَذَا خَالِي فَلْيُرِنِي امْرُؤٌ خَالَهُ
“Ini pamanku, maka
hendaklah seseorang memperlihatkan pamannya kepadaku.” HR. al-Hakim 6113 dan
at-Tirmidzi 3752. At-Tirmidzi mengatakan hadist ini hasan).
Masa Pertumbuhan
Saad dilahirkan di
Mekah, 23 tahun sebelum hijrah. Ia tumbuh dan terdidik di lingkungan Quraisy.
Bergaul bersama para pemuda Quraisy dan pemimpin-pemimpin Arab.
Sejak kecil, Saad
gemar memanah dan membuat busur panah sendiri. Kedatangan jamaah haji ke Mekah
menambah khazanah pengetahuannya tentang dunia luar.
Dari mereka ia mengenal
bahwa dunia itu tidak sama dan seragam. Sebagaimana samanya warna pasir gurun
dan gunung-gunung batu.
Banyak kepentingan dan
tujuan yang mengisi kehidupan manusia.
Memeluk Islam
Mengenal Islam sejak
lahir adalah sebuah karunia yang besar. Karena hidayah yang mahal harganya itu,
Allah beri tanpa kita minta.
Berbeda bagi mereka yang mengenal Islam di tengah
jalannya usia. Keadaan ini tentu lebih sulit. Banyak batu sandungan dan
pemikiran yang membingungkan.
Saad bin Waqqash
memeluk Islam saat berusia 17 tahun.
Ia menyaksikan masa jahiliyah. Abu Bakar
ash-Shiddiq berperan besar mengenalkannya kepada agama tauhid ini.
Ia
menyatakan keislamannya bersama orang yang didakwahi Abu Bakar: Utsman bin
Affan, Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Hanya tiga orang yang mendahului keislaman mereka.
Dipaksa Meninggalkan Islam
Ketika Saad bin Abi
Waqqash memeluk Islam, menerima risalah kerasulan Muhammad ﷺ,
dan meninggalkan agama nenek moyangnya, ibunya sangat menentangnya.
Sang ibu ingin agar
putranya kembali satu keyakinan bersamanya. Menyembah berhala dan melestarikan
ajaran leluhur.Ibunya mulai mogok makan dan minum untuk menarik simpati
putranya yang sangat menyayanginya.
Ia baru akan makan dan minum kalau Saad
meninggalkan agama baru tersebut.
Setelah beberapa lama,
kondisi ibu Saad terlihat mengkhawatirkan. Keluarganya pun memanggil Saad dan
memperlihatkan keadaan ibunya yang sekarat.
Pertemuan ini seolah-olah hari
perpisahan jelang kematian. Keluarganya berharap Saad iba kepada ibunda.
Saad menyaksikan
kondisi ibunya yang begitu menderita. Namun keimanannya kepada Allah dan
Rasul-Nya berada di atas segalanya.
Ia berkata, “Ibu… demi
Allah, seandainya ibu mempunyai 100 nyawa. Lalu satu per satu nyawa itu binasa.
Aku tidak akan meninggalkan agama ini sedikit pun.
Makanlah wahai ibu.. jika
ibu menginginkannya. Jika tidak, itu juga pilihan ibu”.
Ibunya pun
menghentikan mogok makan dan minum. Ia sadar, kecintaan anaknya terhadap
agamanya tidak akan berubah dengan aksi mogok yang ia lakukan.
Berkaitan dengan
persitiwa ini, Allah pun menurunkan sebuah ayat yang membenarkan sikap Saad bin
Abi Waqqash.
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ
عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ
سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya
di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (QS: Luqman | Ayat: 15).
Doanya Tidak Tertolak
Saad bin Abi Waqqash
adalah seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang memiliki doa yang manjur
dan mustajab.
Rasulullah ﷺ meminta kepada Allah ﷻ
agar doa Saad menjadi doa yang mustajab tidak tertolak. Beliau ﷺ bersabda,
اللَّهُمَّ سَدِّدْ رَمَيْتَهُ، وَأَجِبْ دَعْوَتَهُ
“Ya Allah, tepatkan
lemparan panahnya dan kabulkanlah doanya.” (HR. al-Hakim, 3/ 500).
Doa Rasulullah ﷺ
ini menjadikan Saad seorang prajurit pemanah yang hebat dan ahli ibadah yang
terkabul doanya.
Seorang Mujahid
Saad bin Abi Waqqash
adalah orang pertama dalam Islam yang melemparkan anak panah di jalan Allah.
Ia
juga satu-satunya orang yang Rasulullah pernah menyebutkan kata “tebusan”
untuknya. Seperti dalam sabda beliau ﷺ dalam Perang Uhud:
اِرْمِ سَعْدُ … فِدَاكَ أَبِيْ وَأُمِّيْ
“Panahlah, wahai Saad…
Tebusanmu adalah ayah dan ibuku.”( HR. at-Tirmidzi, no. 3755).
Ali bin Abi Thalib radhiallahu
‘anhu mengatakan, “Aku tidak pernah mendengar Rasulullah ﷺ
menebus seseorang dengan ayah dan ibunya kecuali Saad.
Sungguh dalam Perang
Uhud aku mendengar Rasulullah mengatakan,
اِرْمِ سَعْدُ … فِدَاكَ أَبِيْ وَأُمِّيْ
“Panahlah, wahai Saad…
Tebusanmu adalah ayah dan ibuku.”( HR. at-Tirmidzi, no. 3755).
Dan Saad sangat merasa
terhormat dengan motivasi Rasulullah ﷺ ini.
Di antara keistimewaan
lain, yang ada pada diri Saad bin Abi Waqqash termasuk seorang penunggang kuda
yang paling berani di kalangan bangsa Arab dan di antara kaum muslimin.
Ia
memiliki dua senjata yang luar biasa; panah dan doa.
Peperangan besar yang
pernah ia pimpin adalah Perang Qadisiyah. Sebuah perang legendaris antara
bangsa Arab Islam melawan Majusi Persia.
3000 pasukan kaum muslimin beradapan
dengan 100.000 lebih pasukan negara adidaya Persia bersenjata lengkap.
Prajurit
Persia dipimpin oleh palingma mereka yang bernama Rustum.
Melaui Saad lah,
Allah memberi kemanangan kepada kaum muslimin atas negara adidaya Persia.
Umar Mengakui Amanahnya Dalam Memimpin
Umar bin al-Khattab radhiallahu
‘anhu pernah mengamanahi Saad jabatan gubernur Irak.
Sebuah wilayah
besar dan penuh gejolak. Suatu ketika rakyat Irak mengadukannya kepada Umar.
Mereka menuduh Saad
bukanlah orang yang bagus dalam shalatnya. Permasalahan shalat bukanlah
permsalahan yang ringan bagi orang-orang yang mengetahui kedudukannya.
Sehingga
Umar pun merespon laporan tersebut dengan memanggil Saad ke Madinah.
Mendengar laporan
tersebut, Saad tertawa. Kemudian ia menanggapi tuduhan tersebut dengan
mengatakan, “Demi Allah, sungguh aku shalat bersama mereka seperti shalatnya
Rasulullah. Kupanjangkan dua rakaat awal dan mempersingkat dua rakaat
terakhir”.
Mendengar klarifikasi
dari Saad, Umar memintanya kembali ke Irak. Akan tetapi Saad menanggapinya
dengan mengatakan, “Apakah engkau memerintahkanku kembali kepada kaum yang
menuduhku tidak beres dalam shalat?”
Saad lebih senang tinggal di Madinah dan
Umar mengizinkannya.
Ketika Umar ditikam,
sebelum wafat ia memerintahkan enam orang sahabat yang diridhai oleh Nabi ﷺ
-salah satunya Saad- untuk bermusyawarah memilih khalifah penggantinya.
Umar
berkata, “Jika yang terpilih adalah Saad, maka dialah orangnya. Jika selainnya,
hendaklah meminta tolong (dalam pemerintahannya) kepada Saad”.
Sikap Saad Saat Terjadi Perselisihan Antara Ali dan Muawiyah
Saad bin Abi Waqqash
menjumpai perselisihan besar yang terjadi pada kaum muslimin. Antara Ali bin
Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan, radhiallahu ‘anhum ajma’in.
Sikap Saad pada saat itu
adalah tidak memihak kelompok manapun. Ia juga memerintahkan keluarga adan
anak-anaknya untuk tidak mengabarkan berita apapun kepadanya.
Keponakannya, Hisyam
bin Utbah bin Abi Waqqash, berkata kepadanya, “Wahai paman, ini adalah 100.000 pedang
(pasukan) yang menganggap Andalah yang berhak menjadi khalifah”.
Saad menjawab,
“Aku ingin dari 100.000 pedang tersebut satu pedang saja. Jika aku memukul
seorang mukmin dengan pedang itu, maka ia tidak membahayakan. Jika dipakai
untuk memukul orang kafir (berjihad), maka ia mematikan”.
Mendengar jawaban
pamannya, Hisyam paham bahwa pamannya, Saad bin Abi Waqqash sama sekali tidak
ingin ambil bagian dalam permasalahan ini. Ia pun pergi.
Wafat
Saad bin Abi Waqqash
termasuk sahabat yang berumur panjang. Ia juga dianugerahi Allah ﷻ
harta yang banyak.
Namun ketika akhir hayatnya, ia mengenakan pakaian dari wol.
Jenis kain yang dikenal murah kala itu.
Ia berkata, “Kafani aku dengan kain
ini, karena pakaian inilah yang aku pakai saat memerangi orang-orang musyrik di
Perang Badar”.
Saad wafat pada tahun
55 H.
Ia adalah kaum muhajirin yang paling akhir wafatnya. Semoga Allah
meridhainya.
Sumber:
http://islamstory.com/ar/%D8%B3%D8%B9%D8%AF-%D8%A8%D9%86-%D8%A3%D8%A8%D9%8A-%D9%88%D9%82%D8%A7%D8%B5
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07) / Artikel www.KisahMuslim.com
Diedit ulang Oleh Ibnu Tahrir Al Jeroniy
Langganan:
Postingan (Atom)